SID VICIOUS SANG LEGENDA PUNK
Latar Belakang
John Simon
Ritchie-Beverrly lahir di London pada 10 Mei 1957 ibunya adalah anne,
tapi Sid kecil lahir tanpa didahului stastus perkawinan sah dari kedua
ortunya.Sang ibu, yang punya nama gadis Anne Randall, tertarik dengan
seorang lelaki yang bernama John Ritchie sewaktu masih tinggal di London
sebelah Tenggara. Pertemuannya ditandai dengan masuknya Anne ke dalam
Angkatan Udara Kerajaan Inggris. Mereka tinggal bersama di kawasan Lee
Green. Dan dari hubungan itulah Sid lahir.
Gb.Sid vicious
Sayangnya,
begitu lahir, John yang harusnya bertanggung jawab malah pergi
meninggalkan Anne. Jadi, Sid yang dulu masih dipanggil Simon cuma punya
Anne sebagai orang tua yang membesarkanya. Ketika Sid berumur tiga
tahun, dia dibawa jalan-jalan sama ibunya ke Ibiza, Spanyol.Ceritanya,
Anne pengen keluar dari masalah yang dialaminya di London. Eh, bukannya
seneng, Anne malah tambah dililit utang. Akhirnya dia terpaksa pulang
dan hidup bersama ibunya. Buat hidup, dia bekerja di sebuah pub jazz.
SekolahSid
juga udah mulai masuk SD di Soho Primary School. Tapi toh akhirnya Sid
harus berpindah-pindah sekolah gara-gara terus-terusan jadi korban
ejekan teman sekolahnya. Nggak heran kalo Sid lebih memilih jadi
penyendiri.
Sebenernya setelah itu Sid dan ibunya Anne hampir aja bernasib mujur gara-gara Anne
diajak kawin sama Chris Beverley, seorang pria mapan asal Oxford yang
juga berniat mengadopsi Sid . Eh, begitu Simon mau diadopsi, Chris ini
meninggal karena sakit. Anne yang udah ganti nama jadi Anne Beverly pun
sendirian lagi. Tapi kali ini kehidupan mereka lebih mapan karena Chris
berasal dari keluarga kaya. Simon pun masuk di sekolah swasta yang
mahal.
Drop OutTapi
bersekolah di sekolah orang kaya ternyata malah membentuk jiwa Simon
(Sid) jadi pembangkang. Mungkin dia udah muak sama peraturan sekolah itu
yang kelewat ketat. Contohnya aja, dia cuek biang ke senior-seniornya
kalo dia udah nggak percaya lagi sama yang namanya Tuhan.
Udah
gitu, di umur 14 tahun dia mulai suka melakukan hal-hal aneh di
kamarnya. dia suka banget pake baju perempuan sambil ngaca. “Tapi gue
cuma ngelakuinnya sekitar dua bulan. Gak tau kenapa, gue suka eksperimen
dengan seks. Gue nggak tertarik dengan straight sex waktu itu,” kata
Simon.
Anne kebingungan menghadapi perubahan sikap Simon.
Bayangin aja, keluar masuk sampai lima sekolah dan selalu bayar mahal
untuk pendaftarannya. Tau diri, Akhirnya Simon memutuskan untuk
men-DO-kan diri dan mulai bekerja serabutan. Pekerjaan pertamanya adalah
sebagai buruh di sebuah pabrik. Tapi nggak lama, Simon pun pengen
sekolah lagi. Dia akhirnya nekat ngambil sekolah fotografi di Hackney
College of Futher Education.
Disinilah dia bertemu dengan John
Lydon yang jadi sohib kentalnya bertahun-tahun. Bersamanya, dia
terobsesi dengan musik glam rock yang dulu diusung Marc Bolan dan David
Bowie.
Saking gilanya dengan David Bowie, kamar Simon juga
dipenuhi poster Bowie. Karena seneng sama keluarga kecil Simon, John
akhirnya memutuskan untuk tinggal di kamar Simon. Mereka berdua sering
ngelakuin hal gila kayak bereksperimen dengan dandanan. Simon asik
ngecat kukunya dengan pernis yang mengkilat dan jalan-jalan pake sendal.
Trus si John sibuk bikin rambutnya jadi kriwil-kriwil jadi gede banget.
Ganti Nama
Karena
kelakuan Simon makin gila, Anne dan Simon melakukan “gencatan senjata”.
Hasilnya, mereka berdua sepakat untuk berpisah sementara. Simon gantian
tinggal sama John di belakang stasiun kereta api. Lewat John pulalah
Simon berganti nama menjadi Sid Vicious. Konon, nama Sid diambil dari
nama tikus piaraan John. Sementara Vicious dikasih gara-gara tikus itu
pernah menggigit tangan bokap John. Jadilah Sid Vicious.
Pertemanan
mereka berdua emang unik karena saling mengisi. John menularkan sifat
humorisnya kepada Sid yang penyendiri. Sementara John jadi ketularan
cool dan sedikit punya dark side. Tapi mereka berdua punya kesamaan. Dan
apalagi kalo bukan narkoba. Mereka berdua pernah nenggak speed dalam
suatu pesta. Eh, begitu digerebek polisi, Sid dan John malah nyerang tuh
police sampe gigi depannya copot.
Untuk melanjutkan hidup,
mereka berdua kerja serabutan lagi. Dari kerja direstoran, toko sepatu
sampe ngamen di stasiun kereta bawah tanah pun mereka lakoni. Ada yang
Lucu soal ngamen di stasiun kereta. Ceritanya Sid udah siap dengan
gitar, sementara John udah siap dengan biolanya. Tapi ada satu masalah.
Mereka sama sekali nggak bisa memainkannya. Man, yang ada mereka cuma
joget-joget sambil megang instrumen itu sambil nyanyiin sebuah lagu dari
Alice Cooper berulang-ulang.
Kalo cara-cara diatas masih kurang
juga, Sid nggak takut ngelanggar hukum juga. Dia nekat jadi bandar
narkoba walaupun dalam jumlah yang sedikit. Gilanya lagi, Sid kadang
juga nekat nyari duit di bar gay. Dia kadang rela ditanggap kalo lagi
mabok dan dapet duit darisana.
Di saat itu Sid dan John juga
punya geng yang suka nongkrong di suatu toko clothing di kawasan King’s
Road. Toko yang punya nama Sex ini nantinya akan jadi titik awal
masuknya Sid ke Sex Pistols. Geng Sid isinya empat orang yang menamakan
dirinya Four John. Four John disini adalah karena anggotanya semua
bernama John . Seperti yang sudah disebut, Sid punya nama John Simon,
terus ada John Lydon, John Wardle dan John Gray.
Pemilik Sex,
Malcolm McLaren dan Vivienne Westwood udah ngerti banget kalo keempat
orang ini gila semua. Mereka benci yang namanya kemewahan dan glamoran
kalangan jet set Inggris. Terus kadang mereka suka iseng ngebakar tangan
mereka dengan rokok dan hal-hal menyakitkan lainnya.
Sex PistolsHidup bengal dan rusuh buat Sex PistolsAgustus
1975, Malcolm McLaren, pemilik toko “Sex” berniat untuk merombak
tokonya. Dia udah punya konsep terbaru untuk bikin tokonya laku jadi
tempat tongkrongan. Selain menjual berbagai macam asesoris punk, dia
juga menjual fetish gear dan berbagai macam barang-barang dari kulit
asli.
Bersamaan dengan itu, Malcolm juga ingin tokonya jadi pusat
tongkrongan anak-anak punk yang lagi menjamur di London. Dia berharap
bisa melesatkan tren punk ini lewat “bengkel kebudayaannya”. Caranya, ya
dia juga jadi pemandu bakat yang nyari band-band punk yang mau
diorbitkan.
Kebetulan, dia juga udah punya orang-orangnya. Di
sana, udah ada gitaris Steve Jones, bassis Glen Matlock dan drummer Paul
Cook yang sedang kerja part-time di Sex. Kebetulan mereka udah direken
sebagai pemusik dadakan yang punya masa depan oleh Malcolm. Sekarang
tinggal nyari frontman.
Jhony RottenNah,
kebetulan (lagi) John Lydon yang masih sering nongkrong di Sex bisa
menarik perhatian Malcolm. Atittude yang gila dan urakan bikin cowok
yang pernah jadi manajer New York Dolls ini kesengsem.
Nggak
begitu lama, John Lydon pun diaudisi. Lagunya… tetep Alice Cooper! Man,
tapi suara John yang rada fals malah bikin cowok pirang ini diterima
masuk band. Biar makin nge-punk, Malcolm mengganti nama John Lydon
menjadi Johnny Rotten. (padahal dia baru aja ngeganti nama sahabatnya
jadi Sid Vicious!). So, berdirilah Sex Pistols dengan empat formasi:
Johnny Rotten, Paul Cook, Glen Matlock, dan Steve Jones.
Penampilan
mereka yang pertama adalah di St. Martin School of Art di West End pada
6 November 1975. Mereka dianggap membawa musik baru yang “berbahaya”
karena jelas-jelas nggak enak didenger (apalagi suara vokalisnya) dan
liar. Well, itulah yang dibawa Sex Pistols di awal-awal kemunculannya.
Istilah punk pun mulai dikenal orang banyak. Steve Jones malah membuat
pernyataan yang sampe sekarang dikenal orang sebagai imej Sex Pistols.
Dia bilang, “We’re not into music, we’re into chaos!” Jadi punk itu
emang 90 persen attitude, selebihnya musik.
Sampai tahun 1976,
demam Sex Pistols melanda Inggris. Semua orang membicarakan band gila
ini. Salah satu dari fans itu terselip Sid Vicious. Dia malah sempet
ngiri gara-gara sahabatnya jadi vokalis band yang pertama dia liat
penampilannya di Sex pada December 1975 itu. Lucunya, hubungan Sid dan
Johnny yang dekat nggak ketauan personel Pistols lainnya.
Sid pun
berusaha pengen kenal dengan anggota band lainnya. Kayak pengen
diakuin, Sid selalu ingin membantu Pistols yang kadang beraksi nggak
wajar. Bayangin, nih band nggak mau tampil berdasarkan jadwal. Pengennya
langsung tampil dadakan, dan kalo bisa di tempat yang nggak lazim.
Tentu aja yang marah adalah pihak keamanan. Kalo udah gini, Johnny dkk
sering mengancam akan berbuat rusuh. Nah, kalo udah ada komando rusuh
dari Johnny, Sid pasti turun tangan bantuin Pistols.
Band RusuhAtittude
punknya makin lama makin menjadi. Parahnya, Sid juga mengonsumsi
narkoba jenis speed yang kadang disuntikkannya. Kalo udah gini, dia
sering banget terlibat perkelahian di bar dan di pertunjukan band. Rasa
cintanya sama band punk juga makin timbul gara-gara mendengar album
pertama The Ramones. Malah, bassisnya, Dee Dee Ramones, dijadikannya
sebagai hero.
Sayangnya, kelakuan Sid makin menjurus ke arah
brutal. Setiap Pistols manggung, pasti ada keributan. Dan dalangnya
pasti Sid Vicious. Dia pernah menghajar orang yang dudukin tempat
Vivienne Westwood (temannya, desainer yang juga merancang pakaian di
Sex) tanpa bilang-bilang. Entah cari perhatian atau nggak, tapi Sid
lantas makin jadi icon buat Pistols. Apalagi dalam press release Pistols
ada pernyataan “We Hate Everything”. Pers makin yakin kalo Pistols
adalah band rusuh.
Kelakuan Sid selalu dalam rangka membela
temannya di Pistols. Dia malah pernah ribut sama sebuah band heavy metal
gara-gara mereka nggak mau minjemin alat ke Pistols. Alhasil, Sid
digebukin. Baginya nggak apa-apa digebukin asalkan ngebela temen. Sid
pun mulai dapet perhatian dari anggota Pistols lainnya.
Juni
1976, Pistols udah menguasai Inggris. Pistols udah jadi icon di punk
scene London. Bersama mereka Sid juga menjadi perhatian di scene itu.
Mereka selalu memakai pakaian dari Sex. Well, mungkin inilah suatu
bentuk promosi endorsing. Ternyata sponsor pakaian udah terpikirkan oleh
industri punk pada masa itu.
Sid juga sempet membentuk kelompok
pecinta Sex Pistols bersama Billy Idol dengan nama Bromley Contingent.
Nggak cuma itu, dia juga sempet membentuk band dengan nama Siouxie and
The Banshees. Selain itu dia juga sempet membentuk band iseng bernama
The Flower of Romance. Dibilang band iseng karena dibentuk di studio,
nggak pernah bikin rekaman, dan malah nggak pernah manggung. Dasar!
Tapi
trademark rusuh makin lekat pada Pistols. Salah satu peristiwa dahsyat
itu terjadi di 100 Club Punk Festival. Pada saat Pistols manggung, Sid
melempar gelas ke arah panggung. Tapi gelas itu malah membentur pilar
ruangan. Pecahannya mengenai mata seorang pengunjung cewek. Belakangan
diketahui kalo cewek itu jadi buta lantaran insiden itu. Alhasil, Sid
ditahan polisi. Pistols didenda. Pers menjuluki Sid sebagai anggota ke-5
Pistols. Ujung-ujungnya 100 Club nggak boleh ngadain gig lagi. Apes!
Lagi
dirundung masalah, ternyata ada kabar bagus. Malcolm, sang manjer
berhasil nembusin Pistols ke label EMI dengan advance sebesar 40 ribu
pound. Man, angka itu gede banget untuk ukuran band yang belum dikenal.
Tapi karena udah nggak boleh manggung, EMI jadi ngerasa malu punya band
bengal.
Tapi lagi-lagi Sid datang menolong. Pistols pun
diselundupin di setiap festival punk. Band The Flower of Romance jadi
cover-na. Begitu The Flower dipanggil, yang muncul malah Pistols.
CaDas!!!! Seru abis.
Di balik serunya kerusuhan Pistols, ternyata
band ini punya masalah intern. Siapa yang ngira kalo ternyata sang
bassis Glen Matlock nggak disuka ma personel lainnya. Alasannya karena
dia terlalu kalem dan berasal dari kelas menengah. Terus? Ya, ternyata
kondisi itu dianggap kurang radikal oleh personel lain.
Mereka pun berpikir untuk menendang Glen Matlock keluar. Dan… enter Sid!
Akhir Hidup RocknrollstarFilm“Sex
Pistols bubar gara-gara Sid Vicious. Sid Vicious yang terlalu dekat
dengan pacarnya Nancy Spungen .Kami udah muak ngeliat tingkah
violence-nya. Gara-gara dia juga, konser kami di Winterland berantakan,”
begitu kata Steve Jones kepada tabloid musik Inggris NME.
Udah
gitu praktis Steve dan Paul Cook cabut nggak mau ketemu Sid lagi.
Sementara Johnny Rotten langsung hilang tanpa kabar. Malcolm sebagai
manajer pun udah ngerasa kalo band yang dikelolanya udah nggak mungkin
bisa diterusin.
Tapi bukan manajer kalo nggak bisa mencari
peluang. Di antara kericuhan Pistols, Malcolm pun akhirnya tetap
memutuskan untuk memanajeri Sid. Soalnya ada seorang sutradara yang
tertarik mau membuat film dokumenter dan musikal berjudul Rock n Roll
Swindle. Film ini sebenernya cuma film dokumenter musik yang dibalut
sama perjalanan karir Sex Pistols. Serunya, syuting film ini dilakukan
di Paris. Dan lucunya, cuma Sid yang jadi pusat perhatian. Sementara
personel Pistols yang lain ogah berangkat ke Paris, Johnny Rotten cuma
kebagian diwawancara terpisah. Sementara Steve dan Paul nggak pernah
muncul.
Februari 1978, Sid berangkat bareng Nancy ke Perancis
untuk syuting. Di Paris mereka hidup mewah di hotel mahal. Maklum,
mereka kan dibayarin sama label. Malah, sebelum menginjakkan kaki di
Paris, Sid sempet OD pas pesawatnya transit di New York. Das! Yang ada
dia langsung dibawa ke RS Jamaica untuk di-detox.
Balik ke
syuting film, Sid emang nggak suka sama film. Makanya, part adegannya
nggak sukses terus alias jelek. “Gue nggak suka akting. Abis jadi orang
yang bukan diri kita sendiri. It’s all bullshit!” kata Sid.
Seluruh
kru film sempet bingung ngebujuk Sid untuk berakting. Akhirnya cuma
Nancy doang yang bisa membujuknya untuk mulai akting. Syaratnya, Sid
dibolehkan ngerombak lagu ciptaan Paul Anka yang berjudul ‘My Way’ (yang
dipopulerkan oleh Frank Sinatra). Ada bagian lirik lagu My Way yang
diacak-acak menjadi I ducked the blows / I shot it up / and killed a
cat. Gila!
Waktu adegan My Way ini digambarkan Sid sebagai solois
yang bergaya rapi. Terus di akhir lagu, dia nembakin penonton dengan
pistol. Wah, untung cuma syuting!
Bikin BandSid dan NancyLagi
asik bikin film, mereka balik ke London. Tiba-tiba Sid ketemu sama
temen lamanya, Glen Matlock. Masih inget, kan? itu lho bassis Pistols
sebelum Sid masuk. Walaupun media menulis soal “persaingan” mereka, tapi
sebenernya antara Sid dan Glenn masih terjaga pertemanan-nya.
Setelah
nongkrong di bar bareng, mereka sepakat ngebentuk band. Band yang
akhirnya diberi nama The Vicious White Kids ini juga mengajak Rat
Scabies dari The Damned dan Steve New. Sid pun naik pangkat jadi vokalis
(soalnya udah pasti Glenn yang mengisi posisi bassis).
gb. Sid & nancy
Pertunjukan
pertama band dadakan ini berlangsung sesaat setelah mereka menggelar
audisi. Di situ Nancy ikutan jadi backing vokal. Konser yang diadakan di
Electric Ballroom London ini lumayan dapet tanggepan asik dari
penonton. Sementara itu, walaupun Pistols udah bubar, Virgin tetep
ngeluarin singel Pistols yang belum keluar. Malah lagu ‘My Way’ juga
dilepasnya sebagai singel.
Tapi rupanya Inggris sudah alergi sama
Pistols. Semua singel rilisan Virgin yang berhubungan sama Pistols
dilarang diputar di radio-radio. Ya udah, gara-gara merasa dimusuhi
Inggris, Sid dan Nancy akhirnya mencoba memutuskan untuk tinggal di New
York. Tapi keputusan ini malah membawa mimpi buruk bagi mereka
bedua.Nancy pun berhasil ngomporin Sid dengan hidup slenge’an ala rock
star di kota yang punya julukan The Big Apple itu. Begitu sampe di New
York, mereka langsung check-in di Chelsea Hotel, di West 23rd Street.
Hotel ini udah terkenal banget sebagai surga narkoba bagi para artis
yang singgah di New York.
Sid dan Nancy udah bagai zombie
berjalan. Duit 15 ribu pound yang diberi dari Malcolm habis dalam
beberapa hari hanya untuk membeli heroin dan morphine. Nancy udah
mengalami gangguan ginjal, sementara kelakuan sadomasochis Sid semakin
parah gara-gara drugs. Waktu itu dia belum genap 21 tahun.
Lagi
asik-asiknya teler, Sid dan Nancy masih nekat ngeladenin wawancara untuk
film punk documentary Dead On Arrival. Di wawancara itu, cuma Nancy
yang sanggup menjawab semua pertanyaaan. Sementara itu Sid udah fly
berat dan sesekali mencoba menyundut muka Nancy dengan rokok. Mereka
juga sempet datengin scene punk di kota New York. Dan Sid seperti biasa
jadi tamu istimewa yang didaulat nyanyi di panggung. Cowok yang doyan
pake kalung bermata gembok ini menyanyikan My Way dengan menggantikan
total liriknya menjadi I killed the cat. Alasannya, karena dia lupa
liriknya.
Nancy TewasKelar
acara itu, tepatnya dari awal Oktober 1978, mereka berdua langung
mengisolasi diri di kamar hotel. Dan suatu pagi di tanggal 12 Oktober
1978, kamar nomer 100 tempat mereka berdua menginap ramai didatengin
polisi New York. Di dalamnya Sid sedang diinterogasi.
“Kenapa kamu lakukan itu, Kid?
“Ngelakuin apa?”
“Kenapa kamu membunuhnya?”
“Gue nggak membunuhnya.”
Gb. nancy tewas saat di bawa ke ambulans
Sid
duduk termenung dengan borgol di tangan. Sementara di bathtub kamar
mandi terbaring jasad Nancy Spungen bersimbah darah. Perutnya ditusuk
pisau. Banyak teori yang muncul seputar kenapa dan sama siapa Nancy
terbunuh. Cuma karena hanya Sid yang selalu bersama Nancy seharian dan
pisau yang ditemukan adalah milik Sid, tentunya semua orang langsung
menuduh Sid sebagai pembunuh.Sid dilaporkan turun ke lobby dan berteriak
minta bantuan ambulans kepada front office. Tapi bukannya ambulans
justru polisi yang dikirim. Johnny Rotten udah males berkomentar waktu
dimintai keterangannya. “Kenapa juga gue harus punya perasaan terhadap
ini semua,” kata Johnny waktu itu.
Sid langsung di bawa ke
penjara Rikers Island. Selama empat hari dia ditahan di penjara yang
terkenal brutal banget itu. Pengadilan kasus Sid digelar tanggal 13
Oktober 1978. Dia menghadapi tuduhan pembunuhan kelas dua. Dengan
hukuman minimum 7 sampai 25 tahun, Sid baru boleh bebas dengan membayar
uang jaminan 25 ribu pound. Dan untungnya Virgin Records setia
membantunya. Pada 21 November 1978 Sid bebas dengan uang jaminan.
Kalo
ada orang yang bener-bener setia menemani Sid selain manajernya di
saat-saat genting, pasti lah sang ibu, Anne Beverley, yang udah
bela-belain tinggal di New York. Manajer dan ibunya ini melakukan apa
aja biar kasus pembunuhan Nancy makin jelas. Anne pun nggak segan-segan
menandatangani kontrak dengan New York Post untuk kerjasama peliputan.
Sementara Malcolm dilaporkan telah menyewa detektif swasta untuk
menyelidiki kematian Nancy Spungen. Di London, kaos bertuliskan Sid Is
Innocent udah laku dicari orang.
Namun semua terlambat. Sid udah
kehilangan Nancy. Jiwanya jadi terguncang. Malah, di suatu bar, dia
nekat mengancam bunuh diri dengan menyiletkan bohlam pecah ke
pergelangannya.
Pernah juga Sid mencoba bunuh diri dengan loncat
dari jendela hotel gara-gara sakaw. Untungnya Anne dan Malcolm cepat
mencegahnya dan langsung melarikan Sid ke rumah sakit terdekat.
Saking
udah kehilangan Nancy dan sakaw, Sid akhirnya ngelakuin kerusuhan lagi
di sebuah bar bernama Hurrah’s di New York. Di situ dia terlibat
perkelahian dengan seorang cowok gara-gara Sid menggoda pacarnya.
Malangnya cowok itu terluka sampe membutuhkan lima jahitan. Nggak heran
Sid harus menjalani 55 hari di penjara pada tanggal 9 December 1978
sampai dia bebas dengan uang jaminan (lagi) pada 1 Februari 1979.
Hampir
dua bulan di penjara ternyata nggak bikin dia sober. Walau dia udah
bisa dibilang bersih, tapi keinginan untuk nyuntik tetep besar. So, pas
dia keluar penjara, hari itu juga ia menyuntik lengannya dua kali dengan
heroin. Wajar aja, karena bukannya dibawa ke tempat yang aman sambil
nunggu pengadilan, dia malah dibawa ke pesta temen-temennya. Untuk
pertama kalinya Sid nyuntik lagi di tengah malam pas pesta lagi
kenceng-kencengnya. Karena udah nggak terbiasa, dia terbangun pukul 3
pagi dan nyuntik untuk kedua kalinya….dan terakhir kali.
Setelah
itu, Sid OD pada tanggal 2 Februari 1979. Ia meninggal disaksikan ibu
dan teman-temannya. Waktu itu ia baru menginjak usia 21 tahun.
Tujuh
tahun kemudian, sutradara Alex Cox membuat perjalanan kisah cinta Sid
dan Nancy ke dalam sebuah film. Film yang berjudul Sid And Nancy: Loves
Kills ini dibintangi Gary Oldman sebagai Sid dan Chloe Webb sebagai
Nancy. Di film itu juga diceritakan gimana peristiwa terbunuhnya Nancy
(walaupun tetep tidak ditampilkan siapa pembunuh sebenernya).
Ya
dari kisah perjalanan hidup Sid Vicious diatas, kita dapat mempelajari
kisah hidup Sid, ambil kebaikan tokoh ini yang ga pernah nyerah dalam
mewujudkan semua impianya dan jangan pernah ikuti kebiasaanya yang
selalu berhubungan dengan seks dan narkotika sampai dia meninggal.
Itulah dampak dari narkotika.